Monday 17 June 2013

ARTI AGAMA DAN RUANG LINGKUPNYA



ARTI AGAMA DAN RUANG LINGKUPNYA
A.  Arti Agama Islam
Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkup manusia, atau suatu sistem orientasi dan objek pengabdian terhadap tuhannya . misalnya agama islam, islam meyakini tuhannya itu adalah Alloh.

Apa sih islam itu?

Kata islam menurut bahasa berasal dari kata “aslama” yang berarti tunduk, patuh, dan berserah diri. Islam adalah nama dari agama wahyu yang diturunkan Alloh SWT, yang mengatur hubungan manusia dengan Alloh, manusia dengan manusia, manusia dengan alam.
Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok yaitu :
1.      Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya suatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam
2.      Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam hubungan dengan kekuatan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3.      Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.

B.  Jenis-Jenis Agama
Di tinjau dari sumbernya agama di bagi dua yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu.
Ø  Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari alloh sang pencipta melalui malaikat jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh rosul-nya kepada umat manusia melalui al-kitab, suhuf (lembaran-lembaran tertulis)
Ø  Agama bukan wahyu berasandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspek

Ditinjau dari segi misi penyebarannya ada agama misionari dan agama bukan misionari.
Ø  Agama misionari adalah agama yang menuntut penganutnya untuk menyebarkan ajaran-ajarannya kepada manusia lainnya
Ø  Agama bukan misionari adalah agama yang tidak menuntut penganutnya untuk menyebarkan ajarannya kepada orang lain, jadi cukup disebarkan kepada lingkungan tertentu yang menjadi misi utamanya, agama islam sangat jelas dan tegas menekannkan aspek mionarinya, akan tetapi pada kenyataannya hamper semua agama saat ini menjadi agama misionari.

C.  Keberadaan Agama
Beberapa ahli psikologi ,antara lainFreud memandang bahwa agama islam brasal dari ketidakmampuan manusia menghadapi kekuatan alam diluar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya. Munculnya agam padda tingkat perkembangan manusia yang pertama terjadi disaat manusia belum mampu menggunakan akal untuk mengurusi kekuatan yang ada diluar dan didalam diri.
Agama dipandang sebagai ilusi atau imajinasi anak-anak ayang penuh fantasi dan mimpi. Agama dianggap teori primitive tentang alam, dan dengan itu manusia berusaha merebut kenyataan yang dapat mendekatkan kepada kehendak hati daripada membenarkan adanya fakta-fakta dalam kehidupannya.
Muhamad iqbal membantah pendapat Freuddengan menyatakan bahwa memang ada agama-agama yang telah membukakan jalan pelarian secara pengecut dari kenyataan-kenyataan hidup. Agama bukan suatu ilmu fisika atau kimia yang mencari keterangan dari alam dalam arti sebab-akibat. Agama menafsirkan suatu pengalaman manusia yang sama sekali berbeda. Pengalaman ini dibuktikan baik secara akal maupun pragmatis oleh para pemikir dan para nabi dalam sejarah panjang manusia.
Seorang sosiolog, Aguste comte menilai agama sebagai salah satu bagian dari tahap-tahap pemikiran yang berkembang pada sejarah peradaban dunia. Menurut comte ada tiga perkembangan intelektual yaitu :
1.      Tahap teologis atau fiktif, yaitu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala disekelilingnya secara teologis. Penafsiran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya ndan untuk melindungi dirinya terhadap factor-faktor yang tidak terduga timbulnya.
2.      Merupakan perkembangan dari tahap pertama, yaitu tahap metafisik. Manusia masih terikat pada cita-cita tanpa verifikasi oleh karena adanya keperacayaan, bahwa setiap cita-cita terkait dengan suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3.      Merupakan tugas dari ilmu pengetahuan positif yang merupakan tahap ketiga atau tahap terahir dari perkembangan manusia.

D.  Hubungan Manusia Dengan Agama
1.      Fitrah terhadap agama
Kenyataan ditemulannya berbagai macam agama dalam masyarakat sejak dahulu hingga kini membuktikan bahwa hidup dibawah system keyakinan adalah taibiat yang merata pada manusia. Agama-agama yang berbeda-beda tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut.
Pendapat bahwa kemunculan alamini sebagai sebuah proses kebetulan sangat tidak memuaskan hati manusia dari masa ke masa. Bahkan teori-teori tentang peluang tidak dapat menjawab proses –proses penciptaan pada mahluk bersel satu sekalipun yang merupakan bagian bagian yang amat kecil dalam penciptaan. Keberadaan sang pencipta lebih mndatangkan rasa tentram pada intelek manusia.
Proses terjadinya hujan, pergerakan planet-planet mengelilingi matahari, burung-burung yang mengudara dengan ringannya danmengembara ke berbagai belahan dunia menempuh jarak puluhan ribu kilometer
2.      Pencarian manusia terhadap agama
Akal yang sempurna akan senantiasa menuntut kepuasan berfikir. Oleh karena itu pencarian manusia terhadap kebenaran agama tak pernah lepas dari muka bumi ini. Nabi Ibrahim a.s dikisahkan sangat tidak puas menyaksikan bagaimana manusia mempertuhankan benda-benda mati di ala mini seperti matahari, bulan dan bintang. Demikian pula nabi Muhammad saw. pada ahirnya memerlukan tuhannus karena jiwanya tak dapat menerima aturan hidup yang dikembangkan masyarakat Quraisy di mekah yang mengaku masih menyembah tuhan Ibrahim.
Akibat adanya proses berfikir, baik itu merupakan sebuah kemajuan atau kemunduran, terjadilah perpindahan (transformasi) agama dalam kehidupan manusia. Tatkala seseorang merasa gelisah dengan jalan yang dilaluinya kemudian ia menemukan sebuah pencerahan, maka niscaya ia akan memasuki dunia yang lebih memuaskan akal dan jiwanya itu.
3.      Konsistensi keagamaan
Manusia diciptakan denganhati nurani yang sepenuhnya mampu mengatakan realitas secara benar dan apa adanya. Namaun manusia juga memiliki keterampilan kejiwaan lain yang dapat menutupi apa-apa yang terlintas di hati nuraninya, yaitu sifat berpura-pura.
Sikap konsisten seseorang terhadap agamanya terletak pada pengakuan hati nuraninya terhadap agama yang diperlukan namaun membentuk konsisten juga bukanlah persoalan mudah, diantara langkah-langkahnya adalah :
a.       Pengenalan
Seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang diperlukan sehingga bisa membedakan dengan agama yang lai. Hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui cirri-ciri pokok dan cabang yang terdapat dalam sebuah agama
b.      Pengertian
Seseorang yang mengerti ajaran agamanya akan dengan mudah mempertahankannya dari upaya-upaya pengacauan orang lain. Ia juga dapat menyiarkan ajaran agamnya dengan baik dan bergairah.
c.       Penghayatan
Penghayatan terhadap suatu ajaran agama lebih tinggi nilainya dari pada sekedar pengertian. Interaksi seseorang terhadap ajaran agamanya pada fase ini tidak sekedar dengan pikirannya tetapi lebih masuk kerelung-relung hatinya. Dengan penghayatan yang ada dalam seseorang dapat mengamalkan ajaran agamanya, melahirkan keyakinan dan keimanan yang mendorongnya untuk melaksanakan agama dengan tulus ikhlas.
d.      Pengabdian
Seseorang yang tidak lagi memiliki ambisi pribadi dalam mengamalkan ajaran agamanya akan dapat memasuki pengabdian yang sempurna. Kepentingan hidupnya adalah kepentingan agamanya, tujuan hidupnya adalah tujuan agamanya dan jiwanya adalah warna agamanya. Orang yang memasuki fase bagaikan sudah tak memiliki dirinya lagi, karena demikianlah hakekat penghambaan. Fase penghambaan ini akan menjelmakan pengamalan cara ibadah tertentu (ritual,mahdah) dan meletakan seluruh hidupnya di bawah pengabdian kepada tuhannya (Gair mahdah)
e.       Pembelaan
Apabila kecintaan seseorang terhadap agamanya telah demikian tinggi maka tak boleh ada lagi perintah yang menghalagi jalannya agama. Seseorang yang rela mengorbankan apa saja yanga ada pada dirinya harta benda bahkan nyawa bagi nama baik dan keagungan agar dipeluknya. Pembelaan ini yang disebut jihad, yaitu suatu jiwa yang sungguh-sungguh dalam membela agamnya.

Itulah makna konsistensi keagamaan seseorang yang tampak pada jalan kehidupannya.

Dalam kaitan ini Alloh berfirman :










Artinya : “sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada alloh dan rasul-nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh, mereke itulah orang-orang yang benar” (Al-hujarat 49:15)







1 comment: