BAB I
PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau
kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam
suatu bahas.Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja.Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku
kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh
lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup,
terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.Jika para pengemudi
mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak
semrawut.Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang
dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan
pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah
dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun
itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang
merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang
guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun
1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van
Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika dan Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah
Etika dan kode etik yang lazim
ditumbuhbudayakan dalam penulisan karya ilmiah harus diikuti.Hak cipta dan
paten dari segi hukum harus diikuti dan difahami dengan baik.Penulis harus
memahami etika penulisan karya ilmiah secara baik.Kode etik adalah norma-norma yang
telah diterima dan diakui oleh masyarakat dan citivitas akademik perlu
diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah.Norma ini berkaitan dengan
pengutipan, perujukan, perijinan terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan
sumber data ataupun informan.
B. Bahasa dan Tanda Baca
Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik
bila kalimat-kalimat yang telahditulis sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku
dalam bahasa tersebut. Tandabaca berperan penting dalam bahasa tulisan. Tanda
baca yang tidak lengkap dapatmenyebabkan isi tulisan sulit dimengerti. Oleh
karena itu dalam bab ini dibahasaturan-aturan penulisan tanda baca, kata-kata
serta judul-judul yang menjadimateri dalam tulisan tersebut.
1.
Penulisan
Tanda Baca
Tanda baca
titik (.), titik dua (:), titik koma (;), tanda seru (!), persen (%), dan tanda tanya
(?) diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
·
Tidak
Baku
Sampel dipilih secara acak .
Jumlahnya sekitar 10 %
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah :
·
Baku
Sampel dipilih secara acak.
Jumlahnya sekitar 10%.
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan adalah:
Tidak ada spasi
(jarak) antara kata di dalam kurung dengan tanda kurungdan tanda kutip.
·
Tidak
Baku
Kelima kelompok “ sepadan ”.
Kesalahan ( error ) dapat diabaikan.
·
Baku
Kelima kelompok “sepadan”.
Kesalahan (error) dapat diabaikan.
Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil(<),
tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (:) diketik dengan spasi satu
ketukan sebelum dan sesudahnya.
·
Tidak Baku
P=0,01 S:T=Y
A>B C<G
A+B=C
·
Bentuk Baku
P = 0,01 S : T = Y
A > B C < G
A + B = C
Jika dalam penulisan persamaan dengan menggunakan word
processor seperti Microsoft Office, maka persamaan-persamaan diketik
dengan equation editor yang secara otomatis sudah memberikan jarak yang
cukup untuk tanda sama dengan, lebih kecil, lebih besar, tambah, kurang, kali
dan bagi. Konsistensi dalam penggunaan simbol sangat penting dipertahankan
dalam penulisan.Bila symbol ditulis dengan huruf miring maka penjelasan dalam
teksnya juga harus ditulis dengan huruf miring.Berikut ini diberikan contoh
hasil persamaan yang ditulis dengan equation editor dalam Microsoft
Office.
A+ B = C
x = a2 + c
D > 4 b2
− 4abc
2.
Penulisan Kata
Penulisan kata dapat dikelompokkan atas kata dasar, kata turunan,
kata ulang, kata gabungan, kata depan, partikel, dan kata ganti.
3.
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan.
Contoh:
Buku ini buku baru
Kelas itu penuh sesak
Siswa sedang makan nasi
4.
Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena
mendapatkan imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran.Kata dasar tersebut
telah dirangkai dengan imbuhan-imbuhan itu.Dari contoh-contoh ini diharapkan
dapat mengingat kembali aturan- turan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
berkembang biak
melipatgandakan
memberitahukan
berwisata
belajar
beri tahukan
merindukan
pascasarjana
dasawarsa
dwiwarna
5.
Kata Ulang
Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung.
Contoh: pura-pura, mata-mata, hura-hura, mondar-mandir, sayur-mayur, undang
undang, kupu-kupu, lauk-pauk.
6.
Kata Depan
Kata depan, di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu
kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Ibu pergi ke Bandung
Paman datang dari Bali
Kakak tiba di Singapura
7.
Kata Ganti
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata-kata yang
mengikutinya. –ku, –mu dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Bukuku dan bukumu tertinggal di meja perpustakaan. Apa pun yang kaumiliki tidak
dapat dipinjam.
8.
Partikel
Partikel –lah, –kah, –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Marilah
kita berangkat ke kampus.
Siapkah
yang menang dalam pertandingan nanti?
Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya
kecuali untuk kata-kata yang telah dianggap terpadu benar seperti meskipun,
adapun, kendatipun, maupun, sungguhpun, andaipun, biarpun, bagaimanapun, dan
kalaupun.
Contoh: Dia pun mengetahui sindikat tersebut.
Mobil-mobil besar pun diijinkan melewati jalan ini.
9.
Penulisan Judul
Penulisan judul yang umum digunakan dalam penulisan karya ilmiah
sangat penting untuk diuraikan di sini.Dengan demikian keseragaman dalam
tulisan karya ilmiah yang diatur dengan panduan ini dapat diperoleh. Judul
Bagian dan Sampul Depan Laporan Judul Bagian ditulis dengan gaya penulisan
semua huruf kapital. Bila terdiri atas beberapa baris, maka baris pertama
paling panjang dan baris berikutnya lebih pendek serta ditulis dengan gaya di
tengah-tengah.
Contoh:
PENGEMBANGAN MESIN PENDINGIN HEMAT ENERGI
STUDI TEKNO EKONOMI DALAM PERANCANGAN MESIN
Judul Bab
Judul bab
ditulis dengan gaya penulisan huruf pertama kapital kecuali partikelatau kata
depan.
Contoh:
Bab III
Prosedur
Optimasi dan Formulasi
Bab I
Pendahuluan
Bab IV
Pengujian
dan Analisis
Judul
Subbab
Judul bab
juga ditulis dengan gaya penulisan huruf pertama kapital kecualipartikel atau
kata depan.
Contoh:
Subbab pada
Bab II
2.2 Ulasan Singkat Penelitian Terdahulu
2.3 Prinsip Dasar
Subbab pada
Bab III
3.3 Metode Optimasi dan Parameter Studi
3.4 Penurunan Formulasi dan Pemrograman
10. Penyingkatan
Kata
Tulis penuh semua singkatan
seperti: dan lain lain, dan sebagainya, dan seterusnya (bukan ditulis dengan
cara ini: dll., dsb., dst.). Penyingkatan suatu istilah dapat diberlakukan,
bila memang istilah tersebut panjang dan terlalu sering muncul dalam teks.Untuk
penyingkatan ini, kepanjangan istilah tersebut harus dimuculkan pertama kali
ketika istilah tersebut pertama kalinya disebutkan dalam teks.
11. Penggunaan
dan Penulisan Istilah Asing
Sesuai dengan fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, istilahistilah keilmuwan ataupun teknik yang
telah dibakukan sebaiknya digunakan dengan benar. Istilah-istilah asing yang
sudah punya pandaan dalam bahasa Indonesia, sebaiknya penggunaan istilah
Indonesia yang diutamakan.
C. Masalah Teknis Yang Perlu Diperhatikan
1. Ukuran kertas
Karya tulis ilmiah umumnya mengggunakan
kertas jenis HVS (60-80 gram) putih dengan ukuran kuarto (215 x 280 mm, jangan keliru dengan ukuran kertas A4 yaitu 210 x 297
mm) .
2.
Mesin
tulis
Mesin tulis yang digunakan hendaknya
memakai pika 10 (dalam satu inci dapat
diketik 10 karakter). Pengetikan
dapat juga dilakukan memakai komputer, tetapi pemilihan huruf seyogyanya hanya
Courier 12 (Contoh huruf Courier 12) di samping itu hasil cetakannya (print
out) hendaknya tidak berbentuk titik-titik (dot matric) melainkan berbentuk
seperti huruf pada mesin tulis biasa. Dalam istilah komputer disebut NLQ (Near
Letter Quality) atau LQ (Letter Quality).
3.
Pita
dan karbon
Pita maupun karbon yang digunakan hendaknya
dalam keadaan baik:, sehingga menghasilkan cetakan yang jelas dan tidak kabur.
4.
Margin/pias
(batas pinggir
pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi
kiri, 2,5 cm untuk tepi kanan, 4 cm untuk tepi atas dan 3 cm untuk tepi bawah.
Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepi atas dan judul bab dimulai 8 cm dari tepi
atas.
5.
Pemisahan/pemenggalan
kata
Pemenggalan kata ditandai dengan garis
penghubung pada suku kata sebelumnya. Garis penghubung tidak ditempatkan di
bawah suku kata yang dipenggal. Seorang penulis juga harus memperhatikan adanya
awalan atau akhiran dari sebuah kata yang dipenggal.
6.
Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris
mempergunakan spasi rangkap (dua spasi). Sedangkan untuk catatan kaki,
bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris dipergunakan spasi
rapat (satu spasi).Apabila awal alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri
(tidak menjorok masuk ke dalam 5-7 ketikan), maka jarak antar alinea 3-4 spasi.
Tetapi jika awal alinea dimulai dengan menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7
ketikan, rnaka jarak antar alinea tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan
jarak antara judul bab dan naskah dipakai 3-4 spasi.
7.
Nomor
halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan
angka Romawi kecil, sedangkan halaman-hataman selanjutnya menggunakan nomor
dengan angka Arab. Nomor halaman dapat dicantumkan pada tengah halaman sebelah
bawah atau sudut kanan atas.
8.
Judul
Judul bab ditulis di bagian tengah atas
dengan huruf kapital dan tidak digaris bawahi atau tidak ditulis di antara
tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiri dengan tanda titik.
9.
Huruf
miring
Huruf miring berfungsi menggantikan
garis bawah. Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a.
Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b.
Menyatakan judul buku atau majalah;
c.
Menyatakan kata atau frasa asing.
10. Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan,
perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a.
Bilangan di bawah seratus, yang terdiri
dari satu atau dua kata, bilangan seratus dan kelipatannya, seribu dan
kelipatannya ditulis dengan huruf;
b.
Bilangan terdiri dari tiga kata atau
lebih, ditulis dengan angka;
c.
Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan
huruf, kecuali pecahan dari bilangan
yang besar;
d.
Persentase tetap ditulis dengan angka;
e.
Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan
nomor halaman ditulis dengan angka;
f.
Angka tidak boleh dipergunakan untuk
mengawali sebuah kalimat.
11. Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah,
seorang penulis sering meminjam pendapat, atau ucapan orang lain yang terdapat
pada buku, majalah, bahkan bunyi pasal dalam peraturan perundang-undangan.
Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.
Tidak mengadakan pengubahan naskah asli
yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus
memberi keterangan bahwa kutipan tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan
memberi huruf tebal, atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat;
b.
.Bila dalam naskah asli terdapat
kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!]
langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada
naskah asli dan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan tersebut;
c.
Apabila bagian kutipan ada yang
dihilangkan, penghilangan itii dinyatakan dengan cara membubuhkan tanda elipsis
(yaitu dengan tiga titik).
Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli
naskah yang dikutip (lihat contoh pada lampiran 1, halaman 19).
Cara
mengutip:
a.
Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang
panjangnya sampai dengan tiga baris, adalah sebagai berikut:
1)
kutipan diintegrasikan dengan naskah;
2)
jarak antara baris dengan baris dua
spasi;
3)
kutipan diapit dengan tanda kutip;
4) akhir
kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas. (Lihat contoh pada lampiran 1, halaman 19)
b.
Kutipan langsung terdiri lebih dari tiga baris
Sebuah kutipan langsung yang terdiri
lebih dari tiga baris, ditulis sebagai berikut:
1)
kutipan dipisahkan dari naskah dengan
jarak 3 spasi;
2)
jarak antara baris dengan baris satu
spasi;
3)
kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa
juga tidak;
4)
akhir kutipan diberi nomor urut
penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas;
5)
seluruh kutipan diketik menjorok ke
dalam antara 5-7 ketikan;
c.
Kutipan tidak langsung
Dalam kutipan tidak langsung penulis
tidak mengutip naskah sebagaimana adanya, melainkan mengambil sari dari tulisan
yang dikutip.
Cara menulis kutipan seperti ini adalah
sebagai berikut:
1)
kutipan diintegrasikan dengan naskah;
2)
jarak antara baris dua spasi;
3)
kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
4)
akhir kutipan diberi nomor urut
penunjukan yang diketik setengah spasi ke atas.
12. Penulisan sumber kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat
orang lain harus mencantumkan sumber kutipan yang bersangkutan.
Ada
tiga cara penulisan sumber kutipan, yaitu:
a.
American
Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung sumber kutipan di
akhir kutipan yang ditulis dalam tanda kurung.
Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:
Kutipan tersebut diambil dari buku
karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun 1983 pada halaman 23.
Dalam
penulisan sumber semacam ini, tidak mudah untuk langsung menemukan dari sumber
mana/apa kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul buku yang
dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka. Adapun cara
menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini ialah, 1) nama pengarang; 2)
tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi; 5) nama kota; 6) nama penerbit.
b. Modern
Language Associations Handbook (MLA):
Memberi nomor
urut pada setiap akhir kutipan, kemudian menulis sumber kutipannya di akhir
bab, pada lembar khusus yang disebut "Catatan" Cara menuliskan sumber
kutipan sama seperti menulis pada Catatan Kaki.
Contoh :
C
a t a t a n
1Buchari
Zainun, Manajemen dan Motivasi(Jakarta: Balai Aksara, 1979), hal. 27.
2A. Hamzah,
Hukum Pidana Ekonomi,cet.II, (Jakarta: Erlanqga, 1977), hal. 21.
3Ibid.
4CFG Sunarjati
Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional-Departemen Kehakiman, 1982), hal. 148.
5Hamzah,
op.cit.,hal. 45.
c. Chicago
Manual of Style (Kate L. Turabian):
Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor unit kutipan, kemudian
sumber kutipan ditulis pada kaki halaman diawali dengan nomor urut kutipan.
Sumbe:r kutipan dipisahkan dari naskah dengan garis lurus sepanjang lima belas
ketikan, diapit oleh ruang kosong masing-masing empat kait (spasi).
Catatan kaki diketik menjorok ke dalam 5-7 ketikan
dan dilanjutkan pada baris berikutnya dimulai pada margin kiri dengan jarak
satu spasi, sedangkan jarak antara baris terakhir satu catatan dengan baris
pertama catatan kaki berikutnya, dua spasi. Keuntungan cara penulisan sumber
kutipan dengan catatan kaki ialah, jika pada suatu ketika penulis ingin
membandingkan dengan sumber lain, atau penulis ingin menerangkan suatu tulisan
yang bukan menjadi konteks penulisan. Apabila menerangkan sesuatu langsung pada
naskah dianggap akan mengganggu kesinambungan tulisan, maka dengan catatan kaki
keterangan tentang sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal itu tidak akan
mengganggu naskah dimaksud.
13. Penulisan daftar pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi merupakan suatu
daftar yang memuat pustaka yang dipergunakan sebagai acuan dalam karya tulis
yang disusun. Daftar pustaka dari suatu karya akan berguna bagi orang lain yang
mempunyai perhatian, minat atau bidang keahlian yang sama dengan penulis karya
tulis tersebut.
Daftar pustaka selain dapat dipakai untuk menilai
kebenaran tulisan atau pendapat yang dikutip, juga dapat memperluas pengetahuan
orang lain akan bahan bacaan yang ada kaitannya dengan pokok bahasan dalam
tulisan tersebut.
Cara menyusun penulisan deskripsi daftar pustaka,
baik untuk model MLA maupun Turabian sama, yaitu: 1) nama pengarang; 2) judul; 3) cetakan/edisi; 4) nama kota; 5) nama
penerbit; dan 6) tahun terbit (Lihat
contoh pada lampiran 3, halaman 23-24). Sedangkan untuk APA (Lihat contoh
pada lampiran 2, halaman 21-22) dan yang telah diterangkan di muka.
Penyusunan daftar pustaka dilakukan
menurut urutan abjad (alfabetis) nama pengarang. Dalam hal ini penulisan nama
pengarang dibalik susunannya, yaitu dimulai dengan nama keluarga diikuti tanda
baca koma. Nama keluarga di sini termasuk nama orang tua atau nama suami. Bagi
pengarang yang tidak mempunyai nama keluarga, maka penulisan nama diawali
dengan menuliskan nama terakhir pengarang tersebut.
Jarak antara baris
adalah satu spasi, sedangkan jarak antara satu sumber dengan sumber yang
lainnya dua spasi. Pengetikan dimulai pada margin kiri dan baris selanjutnya
diketik menjorok ke dalam 3-5 ketikan.
Bila ada lebih dari satu pustaka yang dikarang oleh
seorang pengarang yang sama, maka nama pengarang tersebut tidak perlu diulang.
Pengulangan nama pengarang dapat diganti dengan membubuhkan sebuah garis
panjang, sepanjang 5-7 ketikan yang diakhiri dengan sebuah titik. Selanjutnya
data bibliografi ditulis seperti biasa. Namun perlu diperhatikan bahwa urutan
penulisan karya pengarang tersebut dilakukan secara kronologis menurut tahun
diterbitkannya karya-karya tersebut.
Berikut ini diberikan contoh cara
penulisan catatan kaki dan bibliografl (daftar pustaka). Untuk mempermudah
pengertian dan mengetahui perbedaan antara cara penulisan catatan kaki dan
bibliografi, pemberian contoh disusun secara berurutan, 1raitu urutan periama
adalah catatan kaki dan urutan kedua bibliografi.
Untuk
jelasnya diberikan pula cara menyusun urutan daftar pustaka baik untuk model
MLA dan Turabiandi satu pihak dan contoh untuk APA di lain pihak.
BAB
III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Etika dan kode etik yang lazim ditumbuhbudayakan dalam penulisan karya
ilmiah harus diikuti.Hak cipta dan paten dari segi hukum harus diikuti dan
difahami dengan baik.Penulis harus memahami etika penulisan karya ilmiah secara
baik.Kode etik adalah norma-norma yang telah diterima dan diakui oleh
masyarakat dan citivitas akademik perlu diperhatikan dalam penulisan karya
ilmiah.Norma ini berkaitan dengan pengutipan, perujukan, perijinan terhadap bahan
yang digunakan, dan penyebutan sumber data ataupun informan.
Bahasa tulisan dapat dimengerti dengan baik bila kalimat-kalimat yang
telah ditulis sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa
tersebut.Tanda baca berperan penting dalam bahasa tulisan.Tanda baca yang tidak
lengkap dapat menyebabkan isi tulisan sulit dimengerti. Oleh karena itu dalam
bab ini dibahas aturan-aturan penulisan tanda baca, kata-kata serta judul-judul
yang menjadi materi dalam tulisan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah
Pertgantar Kemahiran Baha.sa. Cet.6. Ende: Nusa Indah, 1980.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Pettn#uk Praktis BerbahasGr htdortesia. Jakarta: Kantor Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.Kanttis Besar Bahasa Indonesia. Cet.l. Jakarta:
Balai Pustaka, 1988.
Turabian,
Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations.First
British Ed. Prepared by John E. Spink. London: Heinemann, 1983.
No comments:
Post a Comment