BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori Perkembangan Kognitif, adalah
teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup
tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata - skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya - dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan
informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan.
B. Perumusan
Masalah
Supaya pembahasan makalah ini tidak
teralu luas, maka penulis memberi batasan masalah dengan rumusan sebagai
berikut :
1.
Menjelaskan
Definisi Perkembangan Kognitif
2.
Menjelaskan
Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Kognitif
3.
Menjelaskan
Proses Perkembangan Kognitif
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
2.
Menjelaskan
Definisi Teori Perkembangan Kognitif
3.
Menjelaskan
Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Kognitif
4.
Menjelaskan
Proses Perkembangan Kognitif
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah
tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai
dewasa; mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang
lebih tinggi yaitu konsep-konsep anstrak dan logis.
Piaget mengembangkan teori
perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya
Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean
Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu
proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya
lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi
anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan
pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain,
seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang
diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak
terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut ”skema” atau
pola tingkah laku.
B.
Tahapan Perkembangan Kognitif
Teori Perkembangan Kognitif,
dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan
dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget,
berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata skema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi
skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1.
Periode sensorimotor (usia 0-2
tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan
selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk
melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul
saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama
dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan
terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi
sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan
terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi
simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
a. Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1
bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode
refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada
periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak
disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya
rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
b. Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4
bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk
kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan
mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan
dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari
refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan
macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan
bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti
benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber
suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan
suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
c. Periode 3 : Reproduksi kejadian yang
menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi
objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku
bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia
menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini,
seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya.
Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri
(reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan
pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan
tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu
“pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
d. Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur
8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara
sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai
suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil
diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai
kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk
mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep
tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang
bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai
mempunyaikonsep tentang ruang.
e. Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18
bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak
memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba
(eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan
skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk
menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata
lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih
mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di
sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah
anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan
persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju
dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi
perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat
secara serentak.
f. Periode Refresentasi (umur 18 – 24
bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi
sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang
tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan
koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari
periode intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif.
Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu
benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran
tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan
anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep
keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya
secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.
Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Berfikir melalui perbuatan (gerak)
2) Perkembangan fisik yang dapat
diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan bicara.
3) Belajar mengkoordinasi akal dan
geraknya.
4) Cenderung intuitif egosentris, tidak
rasional dan tidak logis.
2.
Periode praoperasional (usia 2-7
tahun)
Tahapan ini merupakan
tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget
bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam
teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap
objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara
logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian.
Pertama, tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek
dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif
(4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi
pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a.
Anak
dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman
pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang miliknya
dipegang oleh orang lain.
b.
Anak
belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan
pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat
irreversible.
c.
Anak
belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum
mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
d.
Anak
bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum mampu
membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini
terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi
mereka.
e.
Anak
belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f.
Menjelang
akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka percayai.
Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu
sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.
3.
Periode operasional konkrit (usia
7-11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul
antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan
logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah Pengurutan—kemampuan
untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya,
bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)
Decentering anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan
lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan
cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek
atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas
lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi
cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir
dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan
Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan.
Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu
sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
a. Adaptasi dengan gambaran yang
menyeluruh. Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara
menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi
dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkunganitu.
b. Melihat dari berbagai macam segi.
Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan
secara sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya
memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik
yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
c. Seriasi Proses seriasi adalah proses
mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur
tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi
maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi
selanjutnuya.
d. Klasifikasi Menurut Piaget, bila
anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disuruh
membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang
terjadi.
e. Bilangan. Dalam percobaan Piaget,
ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal
korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret,
anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan
perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
f.
Ruang,
waktu, dan kecepatan. Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti
tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8
tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi
dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan
kecepatan.
g. Probabilitas. Pada tahap ini,
pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi
dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
h. Penalaran. Dalam pembicaraan
sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi
lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada
kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
i.
Egosentrisme
dan Sosialisme. Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam
pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
4.
Periode operasional formal (usia 11
tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir
perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam
usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk
hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini,
sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan
tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif
hipotesis, induktif sintifik, dan abstrak reflektif.
a. Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan
yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis
yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis
adalah alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari
premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan
dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan
yang real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran
yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau
belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model
logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan
remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
b. Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih
umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga
dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat
hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi,
dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah
variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
c. Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga
diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat
disimpulkan dari pengalaman.
Beberapa Konsep dalam Teori Piaget. Ada beberapa konsep yang
perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori
perkembangan Piaget, yaitu;
1) Intelegensi. Piaget mengartikan
intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia
memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya,
intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang
menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam
DR. P. Suparno,2001:19).
2) Organisasi. Organisasi adalah suatu
tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur,
baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi.
3) Skema. Skema adalah suatu struktur
mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif
seseorang.
4) Asimilasi. Asimilasi adalah proses
kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman
baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
5) Akomodasi.Akomodasi adalah
pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan
rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan
rangsangan yang ada.
6) Ekuilibrasi. Ekuilibrasi adalah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah
keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi,
ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.
Informasi umum mengenai
tahapan-tahapan Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Walau tahapan-tahapan itu bisa
dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada
tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan
logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua
konsep dan isi pengetahuan
4. Tahapan-tahapan tersebut berupa
keseluruhan yang terorganisasi secara logis
5. Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap
tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi
dan terintegrasi)
6. Tahapan merepresentasikan perbedaan
secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
C.
Proses Perkembangan Kognitif
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema.
Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan
memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun
fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam
pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses
perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi
lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi,
menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang
anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung.
Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan
bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat,
mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema
yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang
baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam
skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa
masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label
"burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan
pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak
sesuai dengan skema yang sudah ada.
Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung
sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi
seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke
tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena
ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara
struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu
berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan
kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena
menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan
kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari
proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu
konsep-konsep anstrak dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak
melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan
dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir
hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat
seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang. Keempat
tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai berikut :
1.
Tahap
sensorimotor: umur 0 – 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak dan
inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
2.
Tahap
pra-operasional: umur 2 – 7 tahun (Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan
symbol/bahasa tanda dan konsep intuitif)
3.
Tahap
operasional konkret: umur 7 – 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian konkret)
4.
Tahap
operasional formal: umur 11 ke atas. (Ciri pokok perkembangannya adalah
hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis dan probabilitas)
B. Saran
Demikian penulisan makalah yang kami susun tentang bahasan
Perkembangan Kognitif. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan
khususnya bagi pembaca. Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget-dan-implikasi-dalam-pembelajaran.
No comments:
Post a Comment